Pasien Indonesia Masih Percaya Pengobatan Luar Negeri, Ini Alasannya

Senin, 27 Oktober 2025 | 12:11:39 WIB
Pasien Indonesia Masih Percaya Pengobatan Luar Negeri, Ini Alasannya

JAKARTA - Pertumbuhan industri alat kesehatan (alkes) di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang pesat. Jumlah produsen lokal meningkat dua kali lipat, dan nilai belanja alat kesehatan dalam negeri melonjak tajam. Namun, di balik kemajuan itu, banyak masyarakat Indonesia yang masih memilih berobat ke luar negeri.

Kecenderungan ini bukan sekadar persoalan selera, tetapi berkaitan dengan akses terhadap teknologi kesehatan inovatif yang masih terbatas di dalam negeri. Fasilitas kesehatan di beberapa daerah belum mampu menghadirkan peralatan medis berteknologi tinggi yang dibutuhkan untuk diagnosis dan pengobatan berbagai penyakit kompleks. Kondisi ini menyebabkan sebagian pasien merasa lebih percaya diri mencari layanan di luar negeri yang dianggap lebih cepat dan modern.

Masalah keterlambatan adopsi teknologi juga berpengaruh besar terhadap pengalaman pasien. Di beberapa rumah sakit Indonesia, pasien harus menunggu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan untuk mendapatkan layanan penting seperti radioterapi. Sementara itu, di negara tetangga, tindakan serupa dapat dilakukan dengan segera. Perbedaan waktu tunggu inilah yang sering menjadi alasan utama pasien lebih memilih mencari pengobatan ke luar negeri.

Perkembangan Industri Alkes Lokal Semakin Pesat

Dari sisi industri, Indonesia sebenarnya telah mencapai kemajuan yang menggembirakan. Sebelum pandemi COVID-19, jumlah industri alat kesehatan di Indonesia hanya sekitar 400, dan sebagian besar masih mengandalkan impor. Kini, jumlahnya meningkat dua kali lipat menjadi sekitar 815 industri.

Pertumbuhan ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam kapasitas produksi nasional. Berbagai upaya pemerintah untuk memperkuat industri lokal juga membuahkan hasil nyata. Dalam tiga tahun terakhir, belanja alat kesehatan dalam negeri meningkat lebih dari tiga kali lipat dibandingkan tahun 2019.

Peningkatan belanja ini didorong oleh kesadaran pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada produk luar negeri. Selain itu, berbagai insentif dan kebijakan strategis diterapkan agar produk dalam negeri lebih banyak digunakan oleh fasilitas kesehatan nasional. Namun, meski kinerja industri semakin kuat, belum semua rumah sakit mampu mengimbangi dengan kesiapan teknologi yang sesuai dengan standar global.

Langkah Kemenkes Dorong Kemandirian dan Akses Teknologi

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus berupaya meningkatkan penggunaan produk alkes dalam negeri melalui sejumlah kebijakan strategis. Salah satu kebijakan utama adalah penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Kebijakan ini mendorong rumah sakit dan fasilitas kesehatan untuk memprioritaskan pembelian produk buatan Indonesia, asalkan jumlah dan kualitasnya memadai.

Kemenkes juga menerapkan sistem freeze-unfreeze terhadap produk impor. Ketika suatu produk sudah bisa diproduksi di dalam negeri dengan kualitas yang mencukupi, izin impor untuk produk sejenis akan dihentikan sementara. Langkah ini membuat rumah sakit pemerintah dan rumah sakit vertikal semakin terdorong untuk menggunakan alat kesehatan lokal.

Selain kebijakan tersebut, Kemenkes rutin menyelenggarakan business matching antara industri alkes dan fasilitas kesehatan. Program ini mempertemukan produsen dan pengguna secara langsung agar saling mengenal kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Banyak produk alat kesehatan lokal seperti tempat tidur elektrik otomatis telah diproduksi di Indonesia, tetapi belum diketahui secara luas oleh rumah sakit. Melalui business matching, peluang kerja sama dapat terbuka dan mengurangi ketergantungan terhadap produk luar negeri.

Kemenkes juga membuka peluang kerja sama dengan perusahaan alat kesehatan global yang ingin berinvestasi di Indonesia. Selama prosesnya sesuai mekanisme pengadaan dan spesifikasi rumah sakit, peluang ini akan mempercepat transfer teknologi serta meningkatkan standar produksi alat kesehatan di Tanah Air.

Tantangan Terbesar: Akses dan Kecepatan Adopsi Teknologi Inovatif

Walau kemajuan industri alat kesehatan nasional patut diapresiasi, tantangan paling besar masih terletak pada kecepatan akses terhadap teknologi inovatif. Banyak rumah sakit di Indonesia belum memiliki peralatan medis canggih karena proses distribusi dan perizinan yang masih lambat. Tanpa perbaikan signifikan di bidang ini, masyarakat akan terus mencari layanan kesehatan di luar negeri.

Pemerintah kini berfokus pada percepatan adopsi teknologi modern agar pasien dapat memperoleh pelayanan dengan kualitas setara rumah sakit internasional. Upaya ini mencakup peningkatan kapasitas industri lokal, penyederhanaan proses perizinan alat kesehatan baru, dan peningkatan kompetensi tenaga medis serta teknisi.

Perkembangan industri alkes nasional sebenarnya menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara mandiri di bidang kesehatan. Namun, untuk mencapai kemandirian penuh, perlu dilakukan transformasi menyeluruh pada sistem layanan kesehatan. Efisiensi operasional, kecepatan inovasi, dan peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap fasilitas kesehatan lokal menjadi faktor penentu dalam perubahan tersebut.

Transformasi ini diharapkan dapat mengubah persepsi masyarakat bahwa layanan kesehatan di Indonesia tertinggal dari negara lain. Ketika akses terhadap teknologi inovatif semakin cepat, pasien tidak perlu lagi bepergian ke luar negeri untuk memperoleh pengobatan yang lebih baik.

Menuju Transformasi Layanan Kesehatan yang Mandiri dan Modern

Fenomena pasien Indonesia yang berobat ke luar negeri merupakan refleksi dari ketidakseimbangan antara pertumbuhan industri dan penerapan teknologi di lapangan. Pemerintah telah menunjukkan komitmen kuat melalui berbagai kebijakan yang mendukung industri lokal dan memperluas kerja sama dengan sektor swasta.

Namun, langkah tersebut baru akan berdampak nyata apabila diikuti oleh percepatan modernisasi rumah sakit, distribusi teknologi canggih, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan strategi yang konsisten dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia berpeluang besar memiliki sistem kesehatan yang mandiri, efisien, dan berdaya saing global.

Ke depan, penguatan ekosistem kesehatan nasional diharapkan dapat membuat masyarakat lebih percaya diri untuk berobat di dalam negeri. Dengan fasilitas yang modern, teknologi yang canggih, dan pelayanan yang berkualitas, Indonesia tidak hanya akan mengurangi ketergantungan terhadap pengobatan luar negeri, tetapi juga menjadi tujuan baru bagi wisata medis di kawasan Asia.

Terkini